Tombol Rahasia




          Suatu siang sepulang sekolah aku dan ketiga sahabatku, Velin, Siska, dan Nania  pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas IPS bersama. Kami mulai sibuk mencari buku – buku untuk bahan materi tugas hingga teriakan Siska mengejutkan kami. Kami pun mendekati Siska yang terpaku melihat sebuah portal. Aku melihat sebuah buku yang terbuka di bawah kaki Siska.
   “Buku apa ini Siska ?” tanyaku.


   “Aku tidak tahu, aku menemukan buku ini, ada tombol di sampul bukunya jadi aku menekannya lalu Portal ini langsung terbuka,“ jelas Siska.
  “Ayo masuk,” Ajak Siska. “Iya, ayo masuk,” ucap Nania dengan semangat.
   “Kalian gila? Aku tidak mau. Memangnya kalian tahu Portal ini mengarah kemana ?
Bagaimana jika banyak bahaya di sana ?“ Aku langsung meluncurkan banyak pertanyaan.
  “Walaupun banyak bahaya di dalam aku yakin kita bisa menghadapinya
bersama – sama,” ucap Velin. Aku menghela nafas dan mengikuti mereka masuk ke
Portal. Ketika kami masuk Portal tiba – tiba tertutup.
  ”Sekarang bagaimana ? apa yang akan kita lakukan ?” tanyaku.
  “Aku yakin pasti ada petunjuk di sekitar sini,” kata Siska.
  “Itu dia,” seru Velin berlari mendekati sebuah gulungan kertas. Kami berlari
mengikuti Velin.
  ”Itu peta. Ayo ikuti petunjuk jalan dari peta ini,” ucap Nania.
Kami mengikuti jalan yang di tunjukkan peta itu dan menemukan sebuah rumah.
Kami pun pergi memasuki rumah itu. Di dalam rumah itu hanya ada sebuah kotak yang terkunci di sudut ruangan. Tiba – tiba seorang nenek masuk membuat kami semua
terkejut.
  “Apa kalian suruhan Andi ?” tanya sang nenek.
  “Pak Andi? Apakah yang nenek ini maksud bapak penjaga Perpustakaan?” gumamku yang ternyata dapat terdengar oleh Nania yang berdiri di sebelahku.
  “Iya, nek” jawab Nania asal. Aku langsung melotot ke arahnya. Nenek itu lalu
memberikan kotaknya pada Nania.
  ”Ambil ini pergilah ke arah selatan kalian akan menemukan Portal keluar di sana,”
kata sang nenek.
     Kami pun mengikuti ucapan sang nenek dan segera pergi dari rumah itu menuju arah selatan. Setelah menempuh jalan cukup lama yang kami temukan hanyalah tembok
besar yang menjulang tinggi.
  “Seharusnya kita tak perlu mengikuti kata nenek asing itu lihat di sini tidak ada Portal
keluar. Bagaimana kita keluar dari sini ?” ucap Siska.
  “Siapa yang membuka Portal itu, mengajak masuk dan ketika tak menemukan jalan keluar marah – marah sekarang,” balasku marah.
Melihat percikan api pertengkaran antara Aku dan Siska, Nania mencoba menengahkan.
   “Ayolah jangan bertengkar hanya karena masalah kecil. Apa dengan kalian bertengkar bisa
mengeluarkan kita dari sini ? Tidak kan ? Ini keputusan kita bersama untuk masuk ke Portal.
Lebih baik kita pikirkan cara keluar dari  sini,” kata Nania.
  “Nania benar aku minta maaf Siska,“ ucapku menyesal.
  “Aku juga minta maaf Tasya,” balas Siska.
  “Baiklah sekarang kita cari jalan keluar dari sini bersama –sama, “ ucap Velin.
     Kami mencoba meraba – raba tembok di depan kami dan seketika muncul cahaya dari cincin kami berempat. Itu Cincin Persahabatan kami. Aku, Siska, Velin dan Nania saling menatap dan tersenyum lebar.Tembok tadi telah hilang digantikan dengan Portal. Kami pun berhasil keluar dan kembali ke Perpustakaan sekolah.
  “Sedang apa kalian ini sudah sore kenapa masih di sini ? Tanya Pak Andi.
  “Ini Pak, nenek tua memberikan ini untuk bapak,” jawab Nania sambil menyerahkan
kotak itu pada Pak Andi.
  “Bagaimana bisa kalian masuk Portal itu ? Bagaimana kalian juga bisa keluar dari sana? “ tanya Pak Andi lagi.
 “Itu tidak penting Pak, oh ya apa isi kotak itu Pak?” Tanya Siska.
 “Ini buku untuk Perpustakaan.”
 “Jadi buku di Perpustakaan ini dari Portal itu ya Pak ?” tanyaku.
 “Iya.” Jawab Pak Andi.
 “Pak, Bisakah kami meminjam buku tentang Sejarah Indonesia ?” kata Velin.
Pak Andi lalu mencari buku yang Velin minta dan memberikannya.
 “Ini, terima kasih sudah membantu bapak mendapatkan buku dari Portal ya nak,”
ucap Pak Andi.
 “Sama – sama Pak” ucap kami serempak.
            Setelah berpamitan dengan Pak Andi kami berjalan keluar sekolah bersama. Oh ya selain meminjamkan buku sejarah yang kami perlukan Pak Andi memberikan masing-masing 1 buku untuk kami sebagai tanda terima kasih katanya. Ini pengalaman yang tak akan pernah terlupakan bagiku. Tiba – tiba Velin menghentikan langkahnya.
  “Ada apa Velin” tanya Nania
  “Bagaimana jika kita besok ke rumahmu Tasya? Besok kan hari Sabtu kita masih bisa mengerjakan tugasnya Sabtu saja di rumahmu.” Kata Velin diangguki Siska dan Nania.
  “Tentu, besok jam 11 siang. Jangan lupa bawa buku sejarah tadi ya Vel.”
   “Oke jam 11 siang sepakat” ucap Siska.
           Kami akhirnya menunggu jemputan kami dan pulang ke rumah masing-masing. Aku tentu tidak tahu apa yang terjadi besok tapi aku yakin selagi kita bersama kami dapat menyelesaikannya bersama-sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makan Makanan Cepat Saji